Indramayu,Sinyalpena.com – Kematian Siswa Kelas 3 SDN 1 Pangauban Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu Jawa Barat sangat memilukan. Siswa yang merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara pasangan suami istri Muhammad Nurrohim dan Juniarti itu diduga mengalami trauma dan menjadi korban aksi bullying sekaligus perundungan teman sekolahnya yang berakibat pada kematian korban. Peristiwa tragis itupun menyisakan kesedihan yang mendalam bagi kedua orang tua dan keluarganya.
Muhammad Nurrohim (45 tahun) ayah korban saat ditemui di rumahnya, Minggu (9/2/2025), mengatakan, pada rabu lalu, anaknya MU (9 tahun) mengeluh sakit kepala, kemudian oleh Nurrohim diberinya obat sakit kepala yang dibelinya di warung terdekat. Namun Korban justru menjadi sulit untuk makan kendati sudah dipaksakan. Korban selalu memuntahkan kembali makanan yang sudah masuk kedalam perutnya.
Selanjutnya yang dilakukan korban hanya tiduran saja, enggan melakukan aktivitas sehari-hari karena sepertinya kondisi korban mulai melemah. Selang beberapa hari kemudian, kondisi tubuh korban pun makin melemah. Dan pada hari Jum'at pagi saat duduk untuk sarapan, korban tersungkur sehingga pelipis matanya terbentur lantai. Korban pun oleh Nurrohim segera dibawa ke klinik terdekat. Hanya saja karena perlengkapan medis kurang memadai, korban akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit.
"Jam 2 siang anak saya masuk ke ruangan ICU, jam 7 malam dokter menyatakan anak saya meninggal karena kondisinya terus melemah, dan katanya ada luka dibagian otak belakangnya," terang Muhammad Nurrohim.
Muhammad Nurrohim juga menerangkan, semasa hidup, korban itu orangnya pendiam. Beberapa waktu lalu, korban sempat meminta kepada bapaknya untuk pindah sekolah dan sempat pula dipergoki tidak masuk kelas bersembunyi di pom bensin seperti sedang ketakutan.
"Almarhum tidak pernah mau bercerita tentang apa yang terjadi sebenarnya, sehingga saya meminta kakaknya yang sudah duduk di bangku kelas V SD untuk menanyakan ketika sedang sakit dan dari kakaknyalah diketahui bahwa almarhum mengaku sering dimintai uang oleh teman sekolahnya bahkan tak jarang mendapat aksi pemukulan," ucapnya.
Sementara itu, Iman, penjaga SDN 1 Panganuban saat ditemui di sekolah menuturkan, dirirhya tidak mengetahui secara pasti adanya aksi bullying atau perundungan terhadap almarhum di sekolah, hanya beberapa kali memergoki dan membubarkan anak - anka kelas VI yang sepertinya hendak tawuran dengan teman - temannya di sekolah.
"Para siswa sekolahan itu seperti sedang saling berkelompok atau Genk - Genk- an, bahkan sempat ada yang terluka kakinya tapi langsung diobati. Kejadian itupun sempat mendapat teguran dan hukuman dari guru, hanya saja sepertinya kelompok siswa itu tidak merasa jera sehingga apa yang dilakukan siswa itu kembali terulang," tutur Iman.
Sementara itu korban akhirnya dimakamkan pada hari Sabtu (8/2/2025) di pemakaman umum Desa Pangauban.
(Sai)