-->

Iklan 4

Desa Sliyeg lor Lestarikan Budaya Melalui Ritual Adat Mapag Tamba

SINYAL PENA
Kamis, Maret 07, 2024, Maret 07, 2024 WIB Last Updated 2024-03-07T15:42:35Z

Indramayu,Sinyalpena.com – Pemerintah Desa (Pemdes) Sliyeg Lor, Kecamatan Sliyeg, menggelar ritual adat Mapag Tamba atau upacara penangkal bala padi sebagai salah satu bentuk ikhtiar yang dipercaya masyarakat untuk mencegah atau menangkal serangan hama yang dapat merusak tanaman padi.


Prosesi adat ini masih terus dilaksanakan dan dilestarikan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Indramayu, khususnya Desa Sliyeg Lor, dimana pelaksanaan Mapag Tamba biasanya dimulai ketika usia padi menginjak 40-50 hari.


Kuwu PJ Desa Sliyeg Lor, Rokhmat Nurdin  menjelaskan, terdapat beberapa perlengkapan yang dipersiapkan sebelum pelaksanaan Mapag Tamba seperti  gayung dan bumbung (wadah tamba yang terbuat dari bambu) berjumlah 22 buah, serta klaras (daun pisang yang dikeringkan) sebagai tutup bumbung.


“Pelaksanaan mapag tamba ada beberapa rangkaian Kegiatan yang dipersiapkan  salah Satu nya Tahlil dan doa bersama dipimpin oleh lebe lalu air Tamba diisikan ke dalam bumbung oleh pamong desa,” ungkap Rokhmat Nurdin , Jumat (07/03/2024).


Rokhmat Nurdin  melanjutkan, setelah berbagai persiapan selesai dilaksanakan, kemudian air yang berasal dari 7 sumber mata air dan telah didoakan secara bersama oleh masyarakat dimasukan ke dalam bumbung guna diarak keliling sawah oleh pamong desa sambil sesekali disiramkan ke areal Pesawahan, yang mana pembawa air tersebut seluruhnya laki-laki menggunakan pakaian adat berwarna hitam dengan ikat kepala berwarna putih.


Selain itu, selama prosesi penyiraman air dilaksanakan seluruh peserta tidak diperkenankan untuk bersuara.


“Mengucurkan tamba ke sawah, dilaksanakan pada pagi hari, mengingat tradisi ini sudah turun temurun dengan masing-masing kelengkapannya membawa bumbung yang sudah berisi tamba, kemudian setiap peserta yang mengikuti ritual tradisi mapag tamba tidak boleh bersuara selama penyiraman ke tanaman padi di sawah para petani,” tuturnya.


Rokhmat Nurdin berharap, prosesi mapag tamba ini dapat terus dilaksanankan sehingga menjadi salah satu ciri khas maupun ikon sehingga dapat mengenalkan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indramayu ke masyarakat luas. pungkasnya.



Dadan



Komentar

Tampilkan

Terkini