Indramayu | sinyalpena.com – Tradisi Mapag Tamba merupakan ritual tahunan masyarakat petani di Desa Mekarsari, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, berupa penyiraman air suci ke area perbatasan desa dan persawahan milik warga guna menghindari serangan hama dan menjadikan hasil panen yang maksimal.
Hal itu dilakukan oleh Kepala Desa Mekarsari, Kuwu Kaslam bersama perangkat desa melaksanakan tradisi Mapag Tamba yakni ditandai dengan do'a bersama di Balai Desa Mekarsari. Jum'at (10/03/2023).
Dimulainya perjalanan menuju setiap perbatasan desa sambil membawa air dalam bambu yang bersumber dari Sumur Antru, Sumur Sumberan, Sumur Mbah Arsitem Air Gunung jati dan sumur lemah tamba Cirebon.
Dengan pakaian khas, Kepala Desa Mekarsari Kaslam bersama perangkat desa lainnya memulai perjalanan dari arah koordinat Ngalor (Utara) dan Ngetan (Timur), berputar arah jarum Jam mengelilingi batas Desa Mekarsari dengan luasan 260 Hektar.
Penulis pun mencoba menelisik apa maksud Tradisi Mapag Tamba di Desa Mekarsari Kecamatan Tukdana yang konon sudah ratusan tahun menjadi warisan budaya leluhur sebagai syarat dengan tujuan agar desanya terhindar dari bencana dan juga segala hama penyakit padi.
Seperti dikonfirmasi media online sinyalpena.com Kepala Desa Mekarsari Kaslam mengatakan, bahwa tujuan Mapag Tamba ini sebenarnya menyangkut hajat orang banyak, yaitu ucapan syukur, sekaligus memohon doa keselamatan bagi warga, termasuk untuk tanaman padi para petani jauh dari hama dan bencana, supaya pertaniannya berhasil.
“Tujuannya memberikan obat pada tanaman padi yang sudah di tanam masyarakat desa kami Pak. Agar tumbuh sehat dan menghasilkan panen yang memuaskan. Begitu juga masyarakatnya di berikan kesehatan. Medianya menggunakan air dari sumur karomah yang di kucurkan ke seluruh tapal batas desa Pak,” katanya.
Dijelaskannya, dalam perjalannya air dalam batang bambu itu yang dibawa oleh pamong desa yang terbagi dari beberapa kelompok, kemudian mengucurkan air suci tersebut sepanjang garis perbatasan desa maupun lahan persawahan milik petani. Meski demikian adat tersebut menjadi ikhtiar yang diwariskan leluhur guna meminta keberkahan dan keberhasilan hajat petani dalam menghadapi musim panen nanti.
“Setiap perbatasan desa air tambah ini dikucurkan dan air tambah ini hanyalah syarat dan yang bisa menyembuhkan itu datangnya dari pemilik isi Bumi ini, Allah Subhanahu wa ta'ala. Sehat Tandure, Waras Rayate, Bergas Pemimpine,” ujar Kuwu Kaslam.
(Agus Karmat)