Indramayu | sinyalpena.com – Aksi 1.000 lilin biasanya dilakukan untuk suatu gerakan dalam mengenal suatu kejadian yang dilakukan oleh instansi, komunitas atau perkumpulan lainnya. Tapi di Desa Kedokanbunder Kecamatan Kedokan Bunder 'malam 1.000 lilin' dilaksanakan secara rutin setiap bulan Oktober pada momentum Unjungan Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten.
Mengapa disebut 'malam 1.000 lilin' ? Pada malam itu (biasanya malam Jum'at) masyarakat berbondong-bondong ke areal situs Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten yang juga terdapat komplek pemakaman umum untuk melaksanakan ziarah dan berdo'a kepada para leluhur, orang tua, saudara, ataupun orang-orang spesial dalam keluarganya.
Kedatangan warga ke komplek makam dimulai sejak sore hingga malam hari. Sesampainya di makam mereka menyalakan lilin di masing-masing makam. Nyala lilin tersebut sebagai penerang bagi warga yang berdoa dan juga mengaji.
Selesai mengaji dan berdo'a lilin tetap dibiarkan menyala sampai habis (padam) di atas makam sementara para peziarah kembali ke rumah masing-masing.
Kuwu Kedokanbunder, Muhammad Waskim mengatakan, momen unjungan itu sebagai ajang berkumpul keluarga karena biasanya yang dari luar kota kembali ke Kedokanbunder dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdo'a dan bersilaturahmi.
Selain mengunjungi makam keluarga, warga juga berziarah ke makam Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten dan mengunjungi Situs Sumur Gede untuk cuci muka sebagai simbol membersihkan diri.
Waskim menambahkan, jika pada malam harinya terdapat 1.000 lilin maka biasanya pada esok harinya adalah acara puncak Unjungan Nyi Mas Ratu Ayu Kawunganten.
"Sebenarnya kita tidak bisa memastikan berapa lilin yang menyala diatas makam tersebut. Namun karena banyaknya masyarakat menyebutnya dengan seribu lilin," kata Kuwu Waskim, Jum'at (21/10/2022).
Dengan banyaknya lilin yang menyala, maka pada malam itu areal pemakaman menjadi terang benderang. ***